Pengertian Produk, Harga, Kualitas Pelayanan
Definisi Produk
Pengertian
produk secara mudah dapat dipahami tetapi agak sulit dirumuskan secara pasti.
Didalam kata produk itu terkandung pengertian yang mencakup segi fisik dan
hal-hal lain yang lebih ditentukan oleh konsumen seperti masalah jasa yang
menyertainya, masalah psikologis seperti kepuasan pemakaian, simbol status,
segi artistik dan lain sebagainya Kotler dalam Mursid (2014:71) merumuskan
produk sebagai “Hasil akhir yang
mengandung elemen-elemen fisik, jasa dan hal-hal yang simbolis yang dibuat dan
dijual oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan dan keuntungan bagi
pembelinya”.
Menurut
Sangadji (2013:15) mengemukakan bahwa: “Produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen”. Produk
yang dipasarkan meliputi barang fisik, misalnya mobil makanan, pakaian,
perumahan, barang elektronik dan sebagainya. Produk yang ditawarkan juga bisa
berupa orang (misalnya, Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, David Beckham, Pele,
Michael Jordan, Maradona, dan sebagainya), organisasi (misalnya, yayasan
jantung Indonesia, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, Yayasan Palang Merah
Indonesia, dan sebagainya.
Kotler
dan Armstrong (2011:236) mendefinisikan produk (product) sebagai ”Segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian akuisisi,
penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.”
Definisi Kualitas
Produk
Produk
memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk, perusahaan
tidak akan dapat melakukan apapun dari usahanya. Konsumen akan membeli produk
bila merasa cocok, karena itu produk harus di sesuaikan dengan keinginan
ataupun kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain,
pembuatan produk lebi baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera
konsumen.
Kualitas
produk menurut Philip kotler (2009:143) mendefinisikan sebagai berikut : “
Kualitas produk adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang
bergantung pada kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau
tersirat”.
Menurut Feingenbaum dalam Marwanto (2015:153) menyatakan
bahwa :
“Kualitas produk
merupakan seluruh gabungan karakteristik produk dari pemasaran, rekayasa
(perencanaan), pembuatan (produk) dan pemeliharaan yang membuat produk yang
digunakan memenuhi harapan harapan pelanggan”.
Definisi Harga
Penetapan harga itu sebenarnya cukup kompleks dan sulit.
Kita akan melihat bahwa kekomplekan dan pentingnya penetapan harga ini
memerlukan suatu pendekatan yang sistematis, yang melibatkan penetapan tujuan
dan mengembangkan suatu struktur penetapan harga lebih lanjut.
Menurut Basu
Swastha (2010:147) mengartikan bahwa “harga merupakan sejumlah
uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk menambahkan
sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya”.
Menurut
Alma (2014:169) mengemukakan bahwa : “ Harga
(price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang”.
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, disimpulkan bahwa harga merupakan nilai (biasa
dinyatakan dengan uang) yang harus di korbankan untuk dapat memiliki,
menggunakan atau mengkonsumsi suatu barang dan jasa guna mendapatkan kepuasan.
Jadi dapat disimpulkan jika harga sangat
tinggi, konsumen biasanya mengharapkan
kualitas tinggi, dan persepsi aktualnya akan dipengaruhi oleh harapan ini. Jika
harga terlalu tinggi, organisasi dianggap tidak peduli akan pelanggan, atau
dianggap melakukan penipuan. Sebaliknya, jika harga terlalu rendah, pelanggan
dapat meragukan kemampuan organisasi dalam hal kualitas jasa.
Dimensi Harga
Berikut
adalah dimensi harga menurut Mursid (2014:83-84), yaitu sebagai berikut:
1.
Cost oriented pricing,
adalah penetapan harga yang semata-mata untuk memperhitungkan biaya-biaya dan
tidak berorentasi pada pasar.terdiri dari dua macam:
a. Mark up pricing
dan cost plus pricing cara penetapan harga yang sama, yaitu menambahkan biaya
perunit dengan laba yang diharapkan. Mark up pricing digunakan dikalangan
pedagang pengecer sedangkan cost plus pricing digunakan oleh manufacturer.
b. Target pricing,
yaitu suatu penetapan harga jual berdasarkan target rate of return dari biaya
total yang dikeluarkan ditambah laba yang diharapkan pada volume penjualan yang
diperkirakan. Ini ditetapkan dalam jangka panjang. Kelemahan metode ini (target
pricing): tidak memperhitungkan permintaan, yang dapat menunjukan berapa unit
dapat dijual pada masing-masing tingkat harga.
Jadi,
apabila target tidak tercapai, maka laba yang akan diharapkan tidak mencapai
sebagaimana target semula.
2.
Demand oriented pricing,
penentuan harga dengan mempertimbangkan keadaan permintan, keadaan pasar dan
keinginan konsumen.
Terdiri dari:
a. Perceived value pricing,
yaitu berapa nilai produk dalam pandangan konsumen terhadap yang dihasilkan
perusahaan.
b. Demand differential
pricing atau price discrimination, yaitu penetapan harga jual produk dua macam
harga atau lebih.
Ini
dapat didasarkan pada:
§ Customer basis
§ Product version basis
§ Place basis
§ Time basis
3.
Competition oriented
pricing, menetapkan harga jual yang
berorientasi pada pesaing. Terdiri dari :
a. Going rate pricing,
suatu penetapan harga dimana perusahaan berusaha menetapkan harga setingkat
dengan rata-rata industri.
b. Sealed bid pricing,
yaitu suatu penetapan harga didasarkan pada penawaran yang diajukan pedagang.
Indikator Harga
Indikator harga menurut Mursid (2014:83-84) adalah sebagai berikut:
1.
Harga yang kompetitif
yaitu harga yang ditawarkan lebih kompetitif dari pesaing.
2.
Kesesuaian harga dengan
harga pasar yaitu kesesuaian harga dengan harga pasar.
3.
Kesesuaian harga dengan
kualitas produk yaitu harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produk.
4.
Angsuran yaitu
pembayaran yang bisa diangsur sampai jangka waktu tertentu.
Kualitas Pelayanan
Definsi Kualitas Pelayanan
Menurut Kotler dalam buku Sangadji (2013:99) merumuskan
bahwa: “kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan”.
Gronroos dalam buku Daryanto (2014:135) mengemukakan bahwa :
“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau
serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang
terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau
hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberian pelayanan yang di
maksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen / pelanggan”.
Selain
definisi pelayanan diatas kotler pun ikut mendefinisikan pelayanan sebagai “Pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan
dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasiilnya
tidak terikat pada suatu produk secara fisik” (Kotler dalam Lukman) dalam
buku Daryanto (2014:135).
Berdasarkan
pendapat diatas jelas disebutkan bahwa ciri pokok pelayanan adalah tidak kasat
mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan usaha manusia (karyawan) atau
peralatan lain yang disediakan oleh perusahaan penyelenggara pelayanan. Jadi,
pelayanan merupakan serangkaian aktivitas yang tidak dapat diraba dan terjadi sebagai
akibat adanya interaksi antara pemberi pelayanan dan yang diberi pelayanan, dapat
dilihat bahwa kualitas pelayanan dimulai dari kebutuhan pengguna jasa dan
berakhir pada persepsi pengguna jasa, maka kualitas pelayanan tergantung pada
kemampuan penyedia jasa atau yang memberikan pelayanan dalam memenuhi harapan
pengguna jasa secara konsisten.
Dimensi Kualitas Pelayanan
Ada beberapa dimensi atau faktor yang digunakan konsumen
atau pengguna jasa dalam menentukan kualitas pelayanan, menurut Parasuraman,
Zeithaml, dan berry dalam buku Fandy
Tjiptono (2012:174-175) menyatakan bahwa ada lima dimensi pokok yang dapat
digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan, yaitu:
1. Bukti
langsung (Tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan
sarana komunikasi. Tangibles banyak digunakan oleh
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa dalam rangka untuk
meningkatkan imagenya, memberikan kelancaran kualitas kepada para pelanggannya.
2. Keandalan
(Reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera, akurat dan memuaskan. Dalam pengertian yang lebih luas reliability dapat
diartikan bahwa perusahaan menyampaikan janji-janjinya mengenai penyampaian
jasa, prosedur pelayanan, pemecahan masalah dan penentuan harga. Para pelanggan
biasanya ingin sekali melakukan kerja sama dengan perusahaan yang bisa memenuhi
janji-janjinya terutama mengenai sesuatu yang berhubungan dengan jasa.
3. Daya
Tanggap ( responsiveness ), yaitu keinginan para staff untuk
membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang tanggap. Dimensi ini
menekankan pada perhatian penuh dan kecepatan dalam melakukan hubungan
dengan para pelanggan baik itu permintaan,pertanyaan,keluhan dan
masalah-masalah.
4. Jaminan
(Assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau
keragu-raguan. Merupakan dimensi terpenting dari suatu pelayanan dimana para
pelanggan harus bebas dari bahaya resiko yang tinggi atau bebas dari keragu-raguan
dan ketidakpastian.
5. Empati
(Empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang
baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan. Hal terpenting
dari empati dalah cara penyampaian baik secara personal maupun biasa. Para
pelanggan dianggap sebagai orang yang penting dan khusus.
Kelima dimensi
diatas dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya dalam memberikan pelayanan
untuk menciptakan kualitas pelayanan yang baik.
Indikator Kualitas
Pelayanan
Indikator kualitas pelayanan menurut Parasuraman, Zeithaml, dan berry yang dikutip
oleh Fandy Tjiptono (2012:174-175)
antara lain :
- Keandalan
- Kesadaran
- Perhatian
- Ketepatan
- Konsumen tidak harus menunggu pelayanan lama
- Kemampuan administrasi petugas pelayanan
- Kemapuan teknis petugas pelayanan
- Kemapuan sosial petugas pelayanan
- keamanan
- Keramahan petugas pelayanan
- Kepedulian petugas pelayanan
0 comments:
Post a Comment